Nostalgia ke Masjid Joglo dan Makam Mbah Mesir Durenan Trenggalek
Salah satu episode hidup saya yang paling bekesan adalah di masjid ini, tahun 2006. Saya sempat menginap semalam di masjid yang waktu itu saya tidak tahu namanya bahkan alamatnya.
Bertahun-tahun berlalu, kenangan tentang Masjid ini, dzikir bareng ratusan orang, menginap di ruang belakang imam terus terngiang.
Setiap ketemu orang Trenggalek atau Tulungagung, saya selalu bertanya apa nama masjid itu, alamatnya dimana? saya cuma ingat tahu ciri-ciri bangunanya, dan dua pohon besar di area makam.
Waktu itu, tahun 2006, selepas gempa Jogja dan selesai S1. saya belum ada niat nyari kerja. Niat saya cuma satu, ingin mondok lagi tapi di pesantren yang jauh di pedalaman dan dari keramaian.
Bersama seorang teman, kami berangkat bareng rombongan orang-orang yang memang mau suluk ala tarekat naik mobil carry tua. Saya duduk di tengah, enggak lihat kaca cendela blass, jadi enggak tahu dibawa kemana. Tiba-tiba aja, ada masjid joglo besar yang bangunanya dari kayu, sangat indah, megah dan adem. Tulisanya cuma Masjid Joglo, persis seperti bentuknya.
Setelah sholat dzuhur, amalan, berbenah dan lain-lain, saya putuskan untuk tidur sejenak di sebuah ruangan di belakang mihrab imam. Ada teman ngasih tahu, nanti malam ada acara besar di sini.
Singkat cerita, hari ini saya mengajak anak untuk napak tilas perjalanan spiritual saya. Tapi saya agak kecewa dengan bentuk bangunan masjid joglo setelah direnovasi ini, full semen cor, tidak ada dinding kayu.
Inilah contoh bentuk renovasi salah arah, bukanya melestarikan bentuk aslinya, malah merubah tanpa memperhatikan estetika. Kesanya malah jadi mesjid kontemporer tanpa sejarah.
Post a Comment for "Nostalgia ke Masjid Joglo dan Makam Mbah Mesir Durenan Trenggalek"